Skip to main content

JILBAB TRAVELER : LOVE SPARKS IN KOREA (2016) REVIEW : Kisah Cinta Segitiga Yang Syar’i


Membuat sebuah film dengan tema religi dengan tempelan atribut-atribut keagamaan tentu secara tidak langsung telah menentukan segmentasinya sendiri. Di Indonesia, dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam, film dengan menempelkan atribut islami menjadi salah satu film yang akan mendatangkan animo masyarakat yang besar. Hal itu sudah terbukti lewat beberapa film dengan genre  seperti ini yang sudah menang banyak dalam merebut jumlah penontonnya.
 
Maka, tak henti-hentinya para pembuat film untuk mengemas tema-tema seperti ini menjadi sebuah sajian tontonan bagi masyarakat. Guntur Soeharjanto, salah satu sutradara yang sering mendapatkan kesempatan untuk mengarahkan film-film dengan tema tersebut. Film-film arahannya pun selalu ditengok oleh penontonnya sehingga mendapatkan angka penonton yang fantastis. Mulai dari seri 99 Cahaya di Langit Eropa hingga Assalamualaikum Beijing, film-film tersebut pun mendapatkan sorotan masyarakat.

Hingga pada tahun ini pun, Guntur Soeharjanto seolah-olah tak mau ketinggalan untuk mengarahkan lagi film-film dengan tema serupa. Maka, Guntur Soeharjanto memilih untuk mengadaptasi novel dari penulis ternama Asma Nadia. Buku yang diangkat olehnya adalah Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea yang juga menjadi judul filmnya yang dirilis pada tahun ini. Film-film ini pun dibintangi oleh nama-nama terkenal seperti Bunga Citra Lestari dan Morgan Oey. 


Film-film dengan tema religi seperti buku-buku milik Asma Nadia mungkin akan terperangkap dengan plot cerita klise atau generik. Yaitu kisah dua insan yang sedang jatuh cinta dan rela berkorban demi pasangan tetapi dikemas secara syar’i. Pun, begitu dengan Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea, di mana diceritakan adalah Rania Samudra (Bunga C. Lestari) yang gemar akan berpetualang karena tergoda cerita ayahnya. Perjalanannya kali ini adalah ke Taman Baluran dan di sana dia bertemu dengan pemuda korea bernama Hyun Geun (Morgan Oey).

Mereka sempat bercengkrama sebentar dan Hyun Geun menaruh hati padanya. Tetapi, seketika Rania dikabari tentang kematian ayahnya. Ketika sang ayah telah tiada, Rania memutuskan untuk tidak lagi berkelana. Tetapi, Rania diundang oleh kedutaan Indonesia di Korea untuk dijamu di sana. Rania memutuskan pergi ke sana atas saran dari sang Ibu (Dewi Yull). Rania pun terbang dan pergi ditemani oleh Ilhan (Giring Nidji), sosok lelaki yang berharap Rania akan melabuhkan hatinya kepadanya. Tetapi, Rania pun diterjang dilema atas kisah cinta sendiri karena Hyun Geun masih terlintas di pikirannya. 


Tema kisah cintanya mungkin sangat penuh akan mimpi di siang bolong. Dan cerita tersebut disematkan kepada karakter dengan karakter utamanya yang memiliki atribut keagamaan yang kental. Sehingga, akan muncul sebuah penggambaran tentang perempuan islam yang mandiri tetapi tetap saja terpaku pada ketergantungan akan seorang lelaki. Bahkan, mengidamkan pengorbanan yang terlampau tak wajar dari sosok lelaki.

Maka, cara terbaik untuk menikmati film Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea adalah dengan melupakan segala penggambaran perempuan islam yang masih terjebak akan stereotype. Hingga, fokus kepada bagaimana Guntur Soeharjanto mengemas Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea menjadi sebuah tontonan penuh akan atribut Islam yang masih terasa universal. Karena bagaimana Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea ini akan berfokus dengan kisah cinta ketiga karakter utama yaitu Rania, Hyun Geun, dan Ilhan.

Beruntungnya, Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea memiliki pengarahan yang terarah. Sehingga, pada akhirnya film ini memiliki dinamikanya yang baik. Permainan setiap karakternya, plot-plot ceritanya dikemas menarik meski mungkin sebagian orang akan merasa bahwa apa yang disampaikan film ini akan terkesan klise. Tetapi, Guntur Soeharjanto selaku sutradara berhasil menyampaikan unsur klise tersebut sehingga masih memiliki kesenangan di setiap menitnya. 


Dengan durasi selama 115 menit, Jilbab Traveler : Love Sparks In Koreamungkin akan terasa panjang. Tetapi, sang sutradara bisa memanfaatkan hal tersebut untuk mengembangkan setiap karakternya. Dan dia tak melupakan untuk mengemas plot utamanya sehingga tak terlupakan. Meski dengan subplot yang bertambah, tetapi Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea tak kehilangan fokus untuk menyelesaikan plot utamanya.

Guntur Soeharjanto mungkin tak terlalu menitikberatkan Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea sebagai medium dakwah yang melulu berisikan tentang keagamaan. Itu bisa jadi adalah salah satu faktor performa Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea yang memiliki dinamika yang bagus. Meski dengan judul yang sudah secara tak langsung menetapkan segmentasi, tetapi bukan berarti film ini tak bisa dinikmati oleh kalangan yang berasal dari kepercayaan lain.

Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea memiliki nilai lain yang ingin disampaikan yaitu tentang keinginan diri sendiri. Meskipun, penyelesaian yang ditampilkan pun terkesan mengada-ada untuk menyenangkan hasrat orang tertentu yang mendampakan kehidupan bahagia selamanya. Atau bahkan terkesan sangat menggampangkan urusan orang dewasa demi mengakhiri ceritanya tersebut. Tetapi, asal sang sutradara memiliki pengarahan yang dapat menarik simpati penontonnya, hal itu masih sah-sah saja sehingga kekurangan itu mungkin tak langsung dirasakan oleh mereka. 


Jangan lupakan segala teknis film yang berhasil memperindah rangkaian cerita kisah cinta segitiga Rania, Hyun Geun, dan Ilhan yang syar’i ini. Film ini menunjukkan keindahan dalam rangkaian teknis mulai dari tata gambar dan musik. Tata musik menjadi kekuatan utama di dalam film Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea ini. Film ini mempunyai tata musik yang indah dan penempatannya yang efektif dan pas. Bahkan lagu pengisi film yang ditempatkan secara pas, sehingga terasa emosional di dalam filmnya.

Sehingga, Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea adalah sebuah sajian kisah cinta segitiga yang penuh nafas islami. Meskipun sang sutradara tak terlalu menitikberatkan hal tersebut untuk disajikan kepada penontonnya. Pun, bagaimana penggambaran perempuan-perempuan Islam yang masih saja terkesan generik sehingga cara untuk menikmati film ini adalah melupakan hal tersebut. Karena Jilbab Traveler : Love Sparks In Korea menawarkan emosional cerita yang mampu menutupi minus-minus yang ada di dalam filmnya. Pun, memiliki segi teknis yang cantik yang akan memperindah segala presentasi akhir filmnya.

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following