Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

DEADPOOL (2016) REVIEW : Expectation Violency of Anti-Hero Character Building

Setelah ber-marketing sana sini yang dapat menimbulkan hype   yang cukup besar, Deadpool   jelas sangat diantisipasi oleh banyak kalangan. Karena sosok yang diasumsikan sebagai superhero ini memiliki keunikan tersendiri karena gayanya yang nyeleneh. Sayangnya, asumsi kebanyakan orang terhadap sosok Deadpool ini salah. Deadpool bukanlah seorang manusia super, dia hanyalah manusia biasa dengan suntikan mutan yang ingin membalaskan dendam. Ya, Deadpool adalah sosok anti-superhero yang tak tahu siapa yang akan dia bela. Deadpool hanya mempedulikan egonya untuk balas dendam kepada orang-orang yang telah menghancurkan kehidupannya dan orang di sekitarnya. 20th Century Fox dengan berat hati –pada awalnya –memberikan lampu hijau untuk membuat Deadpool. Sehingga, film ini hanya memiliki budget yang minim yang agar dimaksimalkan. Ryan Reynolds dipilih sebagai sosok Deadpool yang pada awalnya telah gagal untuk menjadi sosok superhero di beberapa film lainnya. Ryan Reynolds dianggap pantas kare

A COPY OF MY MIND (2016) REVIEW : Konstruksi Realita Jujur Kota Jakarta

“ Cita-cita aku ? Aku pengen punya home theatre sendiri biar bisa nonton film .” Sesederhana itu memang mimpi Sari, salah satu karakter utama dari film terbaru arahan Joko Anwar. Bukan menjadi hal tabu lagi bagi setiap orang untuk menaruh dan menggantungkan mimpi setinggi mungkin kepada sang Ibu Kota. Tujuannya sederhana, untuk memperbaiki kehidupannya yang belum bisa dikatakan terjamin. Dan merantau ke ibu kota menjadi salah satu opsi yang mereka gunakan.  Keinginan banyak orang untuk hidup enak di kerasnya perjuangan di Ibu Kota memang tak mudah. Kehidupan mentereng yang disorot berlebih di berbagai drama rekonstruksi media menjadi salah satu dalih bagi mereka untuk semakin yakin merantau ke ibu kota. Maka, datanglah Joko Anwar yang menawarkan diri untuk memberikan visualisasi isu sosial tersebut tanpa berusaha mendramatisir. Alih-alih terlalu serius, Joko Anwar pun menjadikan proyeknya sebagai sebuah kisah cinta dua insan yang juga memiliki problematika serius dengan kehidupan ke

ARUL'S MOVIE REVIEW BLOG'S CHOICE : 12 Film Indonesia Terbaik 2015

2015 sudah berakhir. Ya, mungkin saya terkesan sangat terlambat untuk menerbitkan pos film-film terbaik di tahun ini. Karena kesibukan yang cukup padat dan baru sempat memiliki waktu luang untuk menyortir siapa saja yang berhak mendapatkan posisi-posisi teratas dalam daftar film terbaik tahun lalu. Maka, berikut ini adalah daftar 12 Film Indonesia Terbaik di tahun 2015.   Sebelum menyebutkan 12 besar dari Film Indonesia terbaik, maka saya perlu menyebutkan beberapa film yang mendapatkan sorotan hanya saja harus tersingkir jika dibandingkan dengan 12 film lainnya. GURU BANGSA : TJOKROAMINOTO (Director : Garin Nugroho) DOEA TANDA CINTA (Director : Rick Soerafani) NADA UNTUK ASA (Director : Charles Gozali) 12. NEGERI VAN ORANJE (Director : Endri Pelita) Kisah cinta dan persahabatan 5 insan manusia ini memang masih belum sempurna. Tetapi, ada rasa menyenangkan dan hangat yang coba ditawarkan lewat film ini beserta panorama indah negeri Belanda.  11. COMIC 8 : CASINO KINGS PART 1 (Direc

AACH... AKU JATUH CINTA (2016) REVIEW : Kekacauan Indah Sebuah Puisi Visual

Februari telah datang.   Muda dan mudi akan menyelenggarakan sebuah selebrasi cinta besar-besaran di dua minggu pertama. Tentu, euforia akan selebrasi cinta megah di penjuru dunia ini akan dirasakan oleh sejuta umat. Bukan hanya pasangan yang sedang dimabuk cinta, pun juga dirasakan oleh sineas-sineas untuk ikut serta meramaikan hari kasih sayang ini. Dan dengan cara memberikan tontonan romansa cinta itulah, para sineas berkontribusi menyemarakkan hari kasih sayang ini. Salah satunya yang ikut serta dalam gegap gempita selebrasi kasih sayang ini adalah Garin Nugroho. Ya, meskipun pada awalnya film ini tak dikhususkan untuk meramaikan hari kasih sayang dan rilis akhir tahun lalu. Dan menayangkannya ke dalam bulan yang penuh kasih sayang pun akan dianggap pemilihan yang tepat. Garin mempersembahkan sebuah kisah kasih Romi dan Yuli lintas zaman lewat film Aach... Aku Jatuh Cinta . Garin Nugroho terkenal dengan keunikannya dalam bertutur tanpa melupakan estetika yang membuat mata juga iku

SITI (2015) REVIEW : Sebuah Paradoks Isu Strata Sosial

Ada beberapa film yang sedang berusaha untuk memberikan pengakuan terhadap kaum wanita yang masih juga dicap sebagai kaum marjinal –kaum yang tersingkirkan. Dengan isu-isu seperti ini, film akan dikemas se-unik mungkin agar bisa menarik perhatian–secara konten dan visual –dari pemerhati film di beberapa festival. Meskipun, pendekatan yang dilakukan oleh pembuat film jenis seperti ini masih menggunakan pendekatan arthouse yang serupa.   Dan salah satu film yang juga membahas isu-isu seperti ini adalah film pemenang Festival Film Indonesia 2015, Siti. Film independen garapan Eddie Cahyono ini pada awalnya hanya didistribusikan lewat pemutaran-pemutaran mandiri yang dilakukan oleh komunitas-komunitas penggiat film independen. Meski begitu, Siti akhirnya diakui oleh beberapa petinggi festival dan akhirnya melebarkan sayapnya ke layar lebar. Siti jelas berbeda dengan kebanyakan film-film –yang dibilang –komersil saat tayang di bioskop. Eddie Cahyono membuat Siti dengan kemasan bertutur ya

SURAT DARI PRAHA (2016) REVIEW : Surat Cinta Kepada Ibu Pertiwi

  Di tiap tahun, sutradara Angga Sasongko seperti gusar karena tak menelurkan karya terbaru untuk dinikmati oleh penontonnya. Setelah kesuksesan cukup besar yang diraih olehnya lewat adaptasi buku milik Dewi Lestari, Filosofi Kopi, di awal tahun baru ini Angga Sasongko menelurkan sebuah karya terbaru. Di sela kesibukan promosi film Filosofi Kopi , Angga Sasongko sudah sibuk riset film terbarunya bersetting di salah satu kota di Eropa. Angga Sasongko terinspirasi dengan cerita para Eksil dari negara Indonesia karena dianggap dan tertuduh sebagai pembelot. Atas dasar cerita ini dan terinspirasi oleh sebuah film pendek, Angga Sasongko memutuskan untuk mengangkatnya ke dalam sebuah film berjudul Surat Dari Praha . Dibintangi oleh jajaran aktor aktris kelas utama Indonesia, Angga Sasongko terlihat yakin untuk menjanjikan kualitas wahid bagi Surat Dari Praha . Isu politik dan sejarah yang terkesan pretensius dalam konsep cerita dasar dari Surat Dari Praha bisa menjadi senjata mematikan ba