Skip to main content

HOTEL TRANSYLVANIA 2 (2015) REVIEW : The Hotel Has Nothing New to Offer

 

Setelah sukses luar biasa dari segi pendapatan, Hotel Transylvania jelas menjadi salah satu film animasi yang menjanjikan bagi Sony Pictures Animation. Film arahan dari Genndy Tartakovsky ini akan dijadikan sebagai senjata pengeruk uang bagi rumah produksi satu ini. Benar, selang 3 tahun kemunculan film pertamanya, Hotel Transylvania kembali dibukan untuk para penonton yang ingin merasakan kehidupan para monster di dalamnya.
 
Hotel Transylvania 2 tetap di bawah komando Genndy Tartakovsky. Meski film pertamanya memiliki presentasi yang tak terlalu baik, tetapi Hotel Transylvania 2 tetap mendapatkan lampu hijau untuk mendapatkan jadwal rilis. Hotel Transylvania 2 pun dibidik menjadi salah satu film keluarga yang dapat menghibur mereka, terutama untuk anak kecil. Adam Sandler dan Selena Gomez pun tetap kembali memberikan sumbangsih mereka sebagai pengisi suara karakter-karakter di dalamnya.

Kekhawatiran penonton terhadap sekuel Hotel Transylvania untuk bisa lebih baik dari yang pertama jelas ada. Presentasi Hotel Transylvania yang terkesan medioker bukan menjadi berita bagus bagi sekuelnya yang akan dibuat. Benar saja, Hotel Transylvania 2 pun tak bisa setidaknya berdiri sejajar dari film pertamanya yang setidaknya masih enak untuk diikuti. Sekuelnya kali ini memiliki banyak sekali konflik yang dijejalkan agar bisa memenuhi durasi selama 89 menit. 


Setelah sekian lama berpacaran, Mavis (Selena Gomez) dan Jonathan (Andy Samberg) pun akhirnya menikah. Keberadaan Jonathan menjadi salah satu anggota keluarga dari Drac (Adam Sandler) memberikan perubahan besar bagi kelangsungan Hotel Transylvania miliknya. Hotel ini pun dibuka untuk kalangan yang lebih luas, contohnya adalah manusia. Kehidupan di Hotel Transylvania pun semakin berwarna karena Mavis dikaruniai seorang anak hasil dari pernikahannya.

Dennis (Asher Blinkoff) anak dari Mavis dan Jonathan pun diperebutkan oleh Drac dan juga keluarga dari pihak Jonathan. Drac sangat ingin tahu apakah Dennis ini adalah keturunan vampir sepertinya dirinya atau manusia seperti Jonathan. Keingintahuan itu pun membuat Mavis kesal karena Drac seperti memaksa Dennis menjadi seorang Drakula sepertinya. Drac pun mencari cara agar bisa membawa pergi Dennis dan membuktikan bahwa Dennis adalah vampir seperti dirinya. 


Hotel Transylvania mungkin bukan salah satu kontender film animasi yang kuat dan belum bisa menjadi ancaman bagi film-film animasi lainnya. Presentasi Hotel Transylvania pertama yang hanya sebatas menghibur belum bisa  menggoyahkan film-film animasi lainnya. Hanya saja, dewi fortuna datang menghampiri Hotel Transylvania. Mendapatkan word of mouth yang besar dan juga penghasilan yang besar sehingga sebuah sekuel layak untuk ia dapatkan.

Lewat presentasi medioker yang ditawarkan oleh Hotel Transylvania yang pertama, mungkin penonton mencoba lebih menerima apa yang ditawarkan oleh sekuelnya. Trailer yang dikemas menyenangkan juga bisa jadi menjadi pedoman utama penonton untuk memberikan kesempatan bagi Hotel Transylvania 2 memiliki presentasi yang sama menghiburnya dengan yang pertama. Memang, Hotel Transylvania 2 masih memiliki karakter yang menggemaskan hanya saja sekuelnya ini tak memiliki kekuatan yang sama besar dibanding film pertamanya.

Hotel Transylvania 2 pun terasa dipanjang-panjangkan di dalam durasinya yang hanya 89 menit. Konflik-konflik yang ditawarkan di dalam Hotel Transylvania 2 pun terlalu banyak, sehingga penonton pun akan merasa terlalu lelah untuk mengikuti 89 menit filmnya. Ganndy Tartakovsky pun seperti kehilangan semangat untuk mengarahkan film animasinya. Hal-hal menarik di dalam filmnya memang tak terlalu terlihat di trailer-nya, karena apa yang menarik itu hanya ada segelintir dari apa yang dipresentasikan olehnya. 


Semangat untuk menjadikan sekuel Hotel Transylvania mendapatkan lagi perhatian dan hati penontonnya, kali ini sepertinya sudah runtuh. Ganndy Tartakovsky terlihat bingung untuk menyelesaikan satu persatu konflik-konflik kecil yang dimunculkan olehnya di sepanjang film. Hasilnya, filmnya pun memiliki tempo yang sangat lambat meski dengan durasi yang singkat. Di paruh kedua, Hotel Transylvania 2 pun seperti kebingungan untuk menambahkan konflik apa lagi agar durasi filmnya memenuhi kriteria sebagai film layar lebar.

Segmentasi Hotel Transylvania memang ditujukan sebagai anak-anak, sehingga jokes yang ditawarkan di film-filmnya memang terkadang tak bisa menyenangkan penonton dewasa yang menemani mereka. Dan Hotel Transylvania 2 tak memiliki perkembangan signifikan untuk membuat tertawa penontonnya. Gurauan yang dihadirkan di Hotel Transylvania 2 pun gampang ditebak dan malah membuat penontonnya tak menghadirkan respon yang diharapkan sutradaranya.

Penonton di studio pun hening, tak menimbulkan suara tawa riuh ketika menonton Hotel Transylvania 2. Sedikit senyum simpul atau tawa lembut hadir di dalam bioskop ketika humor tersebut di sampaikan oleh Ganndy Tartakovsky di dalam Hotel Transyvania 2 dan itu pun bisa dihitung jari. Hotel Transylvania 2 pun sedikit gagal menghadirkan kekuatan yang sama yang dihadirkan oleh film pertamanya untuk menghibur penontonnya.


Tujuan Ganndy Tartakovsky pun berubah, dari sebuah film yang menjadikan sarana hiburan keluarga menjadi sebuah sarana pemenuh hasrat kebutuhan para penggemarnya. Beberapa ikon menarik seperti ‘I Zing You’ pun hadir hanya sebatas lewat, tak memiliki momen magis seperti film pertamanya. Dan juga, Hotel Transylvania 2 hanyalah sebatas penjawab bagaimana kehidupan Mavis dan Jonathan selanjutnya di mana hal tersebut sudah terjawab di paruh awal filmnya.

Dari presentasi yang kelewat sederhana di film pertamanya, Hotel Transylvania 2bukanlah sebuah kabar baik. Ganndy Tartakovsky meruntuhkan ekspektasi penonton yang sudah berharap besar untuk terhibur dengan sekuel dari kehidupan Drac, Mavis, dan Jonathan. Selain dari visual yang menarik dan karakter yang menggemaskan, Hotel Transylvania 2tak menawarkan apa-apa untuk dikembangkan di dalam sebuah sekuel. Malah, Hotel Transylvania 2 mengalami penurunan yang meski tak signifikan tetapi sangat berpengaruh bagi kelangsungan 89 menit filmnya yang terasa panjang.

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following