Skip to main content

MALAM MINGGU MIKO MOVIE (2014) REVIEW : Old Template, New Title



Diangkat dari sebuah Web Series yang secara tak sengaja menjadi sebuah hits di kalangan remaja. Yang pada awalnya seri ini dirilis secara periodik lewat situs Youtube. Malam Minggu Miko, sebuah web series yang dibuat oleh Raditya Dika yang juga salah satu dari penulis serta Comic ternama di Indonesia. Di versi layar lebarnya kali ini, Raditya Dika juga berkesempatan untuk mengarahkan serta menulis langsung skenario film ini. 


Malam Minggu Miko tentu masih memiliki template dari web series-nya. Pria bernama Miko (Raditya Dika) yang lagi-lagi gagal menjalin hubungan dengan seorang wanita. Hal ini menyebabkan dia harus melewati setiap malam minggunya dengan peristiwa tragis dengan wanita yang sedang dekat dengannya. Hingga suatu saat, temannya Ryan (Ryan Adriandhy) kembali lagi menemui Miko untuk melepaskan sebuah kutukannya agar mendapatkan kekasih. 

Menurut Ryan, kutukan itu berada di jas laboratorium milik Miko pada saat SMP dengan tulisan tentang cinta-cintaan. Akhirnya, Miko pun mencari tahu siapa yang menuliskan kutukan tersebut di Jas Laboratorium pada saat SMP. Miko dan Ryan pun memiliki nama-nama untuk diinvestigasi yang akhirnya membuat Miko menemukan seseorang yang cocok di hatinya. 


Pointless Humor about love. 

Raditya Dika masih saja belum jera untuk menyapa lagi penontonnya di layar bioskop. Ya siapa yang bisa menghentikan dia, karena nyatanya film-film miliknya selalu laris manis lantaran nama Dika yang sudah memiliki target pasarnya sendiri. Setelah Marmut Merah Jambu yang juga berhasil dari segi penonton maupun konten di dalamnya, tentu beberapa orang masih menunggu kejutan apa lagi yang akan dibawakan oleh Raditya Dika di film Malam Minggu Miko Movie ini. 

Malam Minggu Miko Movie ini benar-benar menggunakan template yang sama dengan web series miliknya. Baik yang tayang di stasiun televisi lokal, maupun yang rilis di situs Youtube. Bedanya, Malam Minggu Miko Movie tentu saja memiliki durasi lebih panjang daripada web series-nya yang hanya berdurasi 25 menit per-episode. Inilah yang menjadi kendala dari Malam Minggu Miko Movie. Film ini seperti sebuah medley dari episode-episode Malam Minggu Miko series yang ditayangkan di layar lebar. 

Malam Minggu Miko Movie seperti terbagi dalam tiga bagian di filmnya sendiri. Tiga bagian ini memiliki sub plot masing-masing yang ternyata tidak menyokong garis besar cerita di filmnya. Tiga sub plot ini memiliki tiga pion berbeda yang memimpin ceritanya. Salah? Seharusnya tidak jika Raditya Dika bisa mengarahkan sub plot yang ada di film ini dengan baik dan mengkoneksikannya satu sama lain. Sehingga, tidak seperti sebuah sub plot yang berdiri sendiri. 


Sudah waktunya bagi Raditya Dika untuk tidak terlalu sering muncul atau menelurkan karya terbaru di setiap tahunnya. Raditya Dika terlalu sering melakukan pengulangan lelucon di setiap filmnya. Begitupun dengan Malam Minggu Miko Movie yang memiliki gaya humor khas Raditya Dika yang sudah sering didengarkan entah lewat Stand Up Comedy-nya, Buku, ataupun yang lain. Raditya Dika sudah benar-benar kehabisan bahan yang segar untuk komedinya. 

Pengulangan itu beberapa akan berhasil. Tetapi juga beberapa akan sangat gagal dan tidak berhasil membuat penontonnya tertawa. Raditya Dika pun juga terlihat kewalahan dalam gaya arahannya di Malam Minggu Miko Movie. Sangat terlihat jelas, Raditya Dika masih kebingungan untuk mengakhiri Malam Minggu Miko Movie. Paruh akhir film ini seperti diselesaikan secara tiba-tiba dengan satu turning point yang membuat tone dari filmnya berubah. Beberapa pelajaran hidup dan pelajaran tentang cinta yang tidak pernah disinggung sama sekali di paruh awal. 


Malam Minggu Miko Movie tentu tidak bisa memberikan kejutan manis layaknya Marmut Merah Jambu yang juga diarahkan langsung oleh Raditya Dika. Tetapi, Raditya Dika masih setia dengan web series Malam Minggu Miko dengan musik-musiknya and how Raditya Dika deliver the story in this movie version with his web series template. Setidaknya, hal tersebut mengingatkan pada fans-fans Raditya Dika yang mengikuti web-series-nya bahwa “Oh, ini memang Malam Minggu Miko, banget”. 


Tetapi, hal tersebut tidak bisa menghilangkan bahwa Malam Minggu Miko Movie masih memiliki kekurangan-kekurangan. Raditya Dika tidak mengarahkan film dengan kuat layaknya Marmut Merah Jambu. Hal ini menyebabkan, Malam Minggu Miko Movie hanyalah sebuah film komedi yang pointless yang stereotip ala Raditya Dika. Dengan template jokes yang diulang dari film satu ke film lain. Raditya Dika should trying too hard for making another fans service, this movie is a reason. 
 

Comments

Popular posts from this blog

The Glass Castle

Destin Cretton is anything but a household name. Yet, the gifted filmmaker turned heads with his massively overlooked 2013 drama, Short Term 12 . The effort bridged together Cretton's singular story and vision with the remarkable acting talents of Brie Larson. Since then Larson has gone on to win an Academy Award ( Room ), but her career comes full circle in her latest collaboration with Destin Cretton in the adapted film The Glass Castle . Told non-chronologically through various flashbacks, The Glass Castle follows the unconventional childhood of gossip columnist and eventual Best-Selling author Jeannette Walls (Larson). Prior to her career as a writer, Walls grows up under the dysfunctional supervision of her alcoholic father (Woody Harrelson) and her amateur artist mother (Naomi Watts). But as Jeannette and her siblings begin to mature and fully comprehend their squatter-lifestyle and impoverished upbringing, they must work together to escape the clutches of their deadbeat par

FILOSOFI KOPI 2 : BEN & JODY (2017) REVIEW : Revisi Nilai Hidup Untuk Sebuah Kedai Kopi

  Kisah pendek yang diambil dari Dewi Lestari ini telah dibudidayakan menjadi sebuah produk yang namanya sudah mahsyur. Selain film, produk dari Filosofi Kopi ini diabadikan menjadi sebuah kedai kopi yang nyata. Dengan adanya konsistensi itu, tak akan kaget apabila film yang diarahkan oleh Angga Dwimas Sasongko ini akan mendapatkan sekuel sebagai perlakuan selanjutnya. Tentu, kekhawatiran akan muncul karena cerita pendek dari Filosofi Kopi pun hanya berhenti di satu sub bab yang telah dibahas di film pertamanya. Sayembara muncul ditujukan kepada semua orang untuk membuat kisah lanjutan dari Ben dan Jody ini. Sayembara ini sekaligus memberikan bukti kepada semua orang bahwa Filosofi Kopi tetap menjadi film yang terkonsentrasi dari penonton seperti film pertamanya. Yang jelas, Angga Dwimas Sasongko tetap mengarahkan Chicco Jericho dan juga Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody. Angga Dwimas Sasongko pun berkontribusi dalam pembuatan naskah dari cerita terpilih yang ditulis oleh Jenny Jusuf s

DVD Outlook: August 2017

It appears August is rather barren with new DVD and streaming options ( July's suggestions ). Thankfully, a hot slate of diverse theatrical offerings such as The Big Sick , Dunkirk , War for the Planet of the Apes , Spider-Man: Homecoming and so much more, you can find a worthwhile movie to enjoy no matter what your personal preference may be. Either way, here's a look at what's available on DVD and streaming services this month. Alien: Covenant - 3 stars out of 4 - ( Read my full review here ) Earlier this year Ridley Scott returned to his storied  Alien universe once again with the follow-up to 2012's Prometheus . In the latest installment, Scott and company shift their efforts from cryptic to visceral and disturbing with a bloody and twisted affair that feels immensely more horror-based than its predecessor. While on a colonizing mission to jump-start the humanity on a distant planet, crew members of the Covenant are awoken from their hibernation state following